Isu Kiamat ala Astronom: Apakah ada peluang benda langit super massive menabrak bumi dan menyebabkan kiamat massal?

hqdefault

Ilustrasi Doomsday theory ala para Astronom.

Masih ingat isu doomsday theory ala astronom yang mengatakan bumi akan hancur ditumbuk benda langit super massive tanggal 29 Juli dan 2 Agustus kemarin? rasanya masih segar diingatan betapa postingan di jejaring sosial hingga media berita online susul menyusul mengabarkan berita yang jelas mampu membuat bulu kuduk berdiri jika mengingatnya.

Apa sih yang ada di benak kita jika mendengar kata kiamat? Asteroid seukuran stadion jatuh bebas ke bumi? Apakah mungkin sebuah planet keluar jalur dari orbitnya lantas kemudian menumbuk permukaan bumi? Apakah mungkin Blackhole massive melahap sistem tata surya semudah yang kita pikirkan dan menyebabkan bumi menjadi potongan-potongan kecil yang tidak lebih besar daripada potongan satu slice cake?

Mungkin para astronom dan ahli perbintangan benar-benar percaya akan isu tersebut mampu terjadi jika saja bumi bernasib kurang beruntung. Semacam meteor yang jatuh dengan bebasnya di langit Rusia tahun 2013 silam yang memiliki impact cukup besar terhadap kehidupan warga di sana hingga mengakibatkan sekitar 1.200 orang luka dan kaca jendela lebih dari 4.000 bangunan hancur. Itu merupakan contoh kecil tumbukan yang dilakukan benda langit yang hanya berbobot 10.000 ton.

Tapi tahukah anda bahwa planet kita pernah juga ditumbuk oleh sebuah benda langit super massive pra kehidupan di muka bumi ini? Adalah hipotesis Theia yang mengemukakan bahwa tadinya planet bumi berasal dari dua planet yang saling berbenturan satu sama lain. Planet Theia sendiri adalah sebuah proto planet seukuran planet Mars yang sempat mengorbit di tata surya kita.

Planet Theia sendiri terbentuk di sekitar orbit yang sama dengan Bumi, tetapi sekitar 60 derajat ke depan atau belakang. Ketika protoplanet berkembang menjadi seukuran Mars, ukurannya justru membuat planet Theia terlalu berat agar mengorbit dan tetap stabil. Akibatnya jarak sudut Bumi semakin bervariasi hingga akhirnya menabrak Bumi.

Tabrakan ini diperkirakan terjadi sekitar 4.533 milyar tahun yang lalu ketika planet Theia menghantam Bumi pada sudut miring dan menghancurkan planet Theia selama proses tabrakan. Mantel planet Theia dan sebagian besar mantel silikat Bumi terdorong ke ruang angkasa, bagian kiri atas bahan planet Theia tercampur dengan bahan-bahan dari Bumi dan akhirnya membentuk Bulan.

Berawal Dari Hipotesis Paradox Lunar

Para ilmuwan Universitas Oxford, Universitas California dan Swiss Federal Institute of Technology membandingkan isotop silikon dari batuan bumi, serta bahan-bahan lain dari sistem tata surya Bima Sakti seperti bahan dari meteorit.

Sekitar 2,900 kilometer ke dalam bumi (belum mencapai setengah jalan ke pusat Bumi) terdapat mantel dan kerak.

Sebagian besar terbentuk dari silikat, senyawa silikon, oksigen, dan elemen lainnya. Kemudian lebih dalam dari garis itu merupakan bahan besi padat logam yang membentuk inti bumi.

Tim ini menemukan bahwa isotop lebih berat dari sampel yang diambil dari silikat Bumi. Mereka menemukan bahwa Mars, asteroid Vesta dan berbagai chrondites atau meteorit primitif yang pernah dibentuk core ainner, tidak mengandung unsur tersebut meskipun mereka memiliki inti besi.

Bahan yang jauh lebih kecil daripada Bumi (sekitar seperdelapan) sehingga tidak memiliki cukup massa menghasilkan tekanan yang diperlukan untuk membentuk inti yang sama seperti yang ditemukan di planet Bumi.

Di sisi lain para peneliti menemukan bahwa Bulan menunjukkan komposisi yang sama dari komposisi isotop silikon berasal dari planet Bumi. Namun jauh lebih kecil daripada Bumi atau sekitar 1/50 dan sekitar satu persen dari massa bumi, bahkan cenderung mampu menghasilkan tekanan yang cukup untuk membentuk mirip besi inti Bumi.

Para peneliti berpendapat bahwa Bulan memang terbentuk saat bencana raksasa akibat planet Theia yang berukuran besar selama pengembangan awal terbentuknya Bumi. Dampaknya cukup besar terhadap bahan-bahan yang akhirnya membentuk Bulan tercampur dengan bahan-bahan dari bumi yang sudah memiliki komposisi silikon berat.

planet-theia-earth-collision

Gambar tabrakan planet Theia-Bumi muda dan terbentuknya bulan dilansir dari halaman Indocropcircles.

Jadi bisa dibayangkan bahwa planet bumi muda yang masih berusia sekitar 100juta tahun yang kemungkinan besar jika bukan karena adanya tumbukan tersebut justru bukanlah sebuah planet yang dapat ditinggali oleh makhluk hidup. Justru bebatuan yang kita injak hari ini besar kemungkinan adalah sebuah serpihan kecil dari proses besar terbentuknya bumi dalam hipotesis Theia.

Hipotesis Kiamat Karena Tumbukan Benda Langit?

Jelas bisa saja terjadi karena kenyataannya ketidakstabilan alam semesta tidak dapat mampu diukur oleh nalar manusia. Jika bermilyar-milyar tahun ke belakang bumi bahkan pernah ditumbuk planet sebesar Mars maka tidak menutup kemungkinan hari ini atau suatu saat nanti di masa depan hal yang sama akan terulang kembali. Seperti kasusnya kepunahan massal para dinosaurus akibat meteor yang menghujani planet kita.

Perlu diingat bahwa meskipun hipotesa bahwa planet lain tidak akan menabrak bumi di era masa kini, jangan lupa bahwa jauh di langit yang tak terbatas ada trilyunan benda langit dari seukuran debu hingga ukuran massive yang bahkan bisa saja melebihi berat dan volume sebuah Theia. Apapun dapat terjadi. Karena sebenarnya kita berpotensi sangat besar mendapatkan tubrukan benda langit sangat besar, mengingat jika sesuatu harus terjadi siapa yang bisa melindungi planet bumi dari kepunahan berikutnya?

Maka jika anda disuguhkan suatu berita tentang isu kiamat versi benda langit X akan menumbuk permukaan planet bumi, jangan buru-buru menganggap itu semua hanyalah HOAX. Karena siapa tahu hipotesis ini berlaku bagi planet kita yang sebenarnya “telanjang” di alam semesta ini.