Yahudi di Bumi Indonesia: “Antara ada dan tiada.”

logo_israel.jpg

Salah satu logo tentang Yahudi gabungan dari simbol bintang David dan Menorah (lilin kemenangan) dari sebuah panel Microsoft.

Gambar di atas jelas sekali adalah sebuah lambang yang menjelaskan secara gamblang berkaitan dengan Yahudi. Antara ada dan tiada, sebenarnya gambar tersebut sudah sejak lama nongkrong dan ada bersama di tengah-tengah aktifitas kita.

JIka anda punya laptop atau komputer dan menginstal Microsoft sebagai software untuk membantu kegiatan anda sehari-hari, anda harus mencoba mengeceknya sendiri dengan cara:

Buka: My Computer, kemudian klik pada disk lokal disk C:
– program
– microsoftoffice
– media
– cagcat10
Nama gambar adalah : j0285926.wmf

Dan ketika anda klik judul gambar tersebut maka akan muncul gambar seperti gambar di atas. Apa yang kemudian anda rasakan?

Sejarah

Eksistensi Yahudi sendiri bukanlah suatu hal yang asing di Indonesia meski belum secara sah diakui oleh negara. Sejarah mencatat kehadiran orang Yahudi pertama kali di kepulauan Indonesia telah dikonfirmasi dalam sebuah teks tertulis yang berasal dari akhir Abad Pertengahan. Orang ini adalah seorang pedagang dari Fustat di Mesir, yang meninggal di pelabuhan Barus, Sumatera Barat tahun 1290. Pada tahun 1859, pengelana Yahudi, Jacob Saphir, adalah orang pertama yang menulis mengenai komunitas Yahudi di Hindia-Belanda, setelah mengunjungi Batavia. Di Batavia, ia telah banyak berbicara dengan seorang Yahudi lokal, yang telah memberitahunya bahwa ada sekitar 20 keluarga Yahudi di kota itu dan beberapa di Semarang. Kebanyakan Yahudi yang hidup di Hindia-Belanda pada abad ke-19 adalah Yahudi Belanda yang bekerja sebagai pedagang atau hal-hal yang berhubungan dengan Rezim Kolonial Belanda. Namun, beberapa anggota komunitas juga merupakan imigran Yahudi dari Irak atau Yaman. Pada masa Pemerintahan Belanda di Indonesia, Agama Yahudi diakui sebagai salah satu agama resmi.

Pada saat Perang Dunia, jumlah Yahudi di Hindia-Belanda diperkirakan sekitar 2.000 jiwa. Yahudi Indonesia diasingkan ketikaPendudukan Jepang di Indonesia dan mereka dipaksa untuk bekerja di kamp penampungan. Setelah perang, Yahudi yang dilepas banyak menemui berbagai masalah, dan banyak yang berimigrasi ke Amerika Serikat, Australia atau Israel.

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, pada masa Pemerintahan Presiden Indonesia yang pertama Soekarno, hak penganut Yahudi sempat disamakan dengan agama lainnya seperti Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik. Bahkan melalui surat keputusan Menteri Agraria yang dirilis pada tahun 1961 menyatakan bahwa dia mengakui kaum “Agama Israelit” (sebutan kaum Agama Yahudi pada masa itu) diakui sebagai agama resmi di Indonesia. Tidak banyak yang mengetahui pula, bahwa peristiwa 10 November 1945 juga melahirkan seorang pejuang yang berasal dari kaum Yahudi Surabaya, yaitu Charles Mussry.

Pada akhir tahun 1960-an, menurut Kongres Yahudi Sedunia populasi Yahudi di Indonesia diperkirakan ada 20 orang Yahudi asli yang tinggal di Surabaya dan Jakarta. Nenek moyang mereka adalah imigran Yahudi asal Yaman, Irak, Mesir, Iran, India, Inggris, Belanda, Jerman, Austria, Portugis, Spanyol dan Eropa Timur. Serta 500 orang keturunan Yahudi asal Belanda, Jerman dan El Salvador tinggal di Manado dan Tondano, yang mana mendapatkan jaminan atas kebebasan beribadah oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, ditandai dengan diizinkannya pendirian sebuah Sinagoga dan tugu berbentuk Menorah. Terdapat pula sejumlah kecil komunitas Yahudi ekspatriat di Bali.

Yahudi Indonesia di Masa kini.

999955-yaakov-baruch

Rabbi Yaakov Baruch dari Manado.

Meski detik ini Yahudi, gerakannya, pahamnya, dan ajarannya belum diakui oleh pemerintah Indonesia. Yahudi tetaplah ada sebagai ajaran turun temurun kepercayaan nenek moyang mereka. Adalah seorang Rabbi yang masih eksis di Indonesia, rabbi tersebut diketahui baru ada 2 orang saja di Manado, Rabbi Yaakov Baruch dan Rabbi Ensel Mason.

 

Asimilasi

Perkawinan silang antar Suku meningkat dari kira-kira 55% pada tahun 1944 menjadi sekitar 90% – 99% pada tahun 2004. Pasangan kawin silang tersebut membesarkan anak-anak mereka dengan pendidikan Agama setempat. Namun, jauh dari kebudayaan keluarga kawin silang untuk membesarkan anak-anak mereka hanya dari budaya Indonesia saja.

Untuk identitas, isu-isu Pemerintah tentang KTP (Kartu Tanda Penduduk). Setiap warga Negara di atas usia 17 tahun harus membawa KTP. Terdaftar di kartu identitas merupakan seorang pemegang Agama resmi. Indonesia hanya mengakui enam Agama resmi: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Agama Yahudi dan Agama lainnya belum diakui sebagai Agama resmi oleh Pemerintah Indonesia, namun di dalam KTP tergolong ke dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagai kaum minoritas, kaum Yahudi sering mendapat perlakuan diskriminatif, baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Hal itu terkait dengan stigma bahwa mereka adalah antek-antek Zionis Israel. Kasus tawuran massal pernah terjadi antara komunitas Arab dengan kaum Yahudi di daerah Pasar Besar, Surabaya pada dekade tahun ’70-an. Pernah juga terjadi amuk massa, pengrusakan dan pengibaran bendera Palestina pada awal tahun 2009 di sebuah sinagoga di jalan Kayoon No. 4, Surabaya. Insiden ini dipicu oleh kebrutalan Israel di Gaza, Palestina dan berujung pada penyegelan sementara yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya atas Sinagoga tersebut, yang merupakan Sinagoga tertua di Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesian Jewish Community (IJC) ingin Yahudi ditulis pada kartu tanda penduduk (KTP) sebagai agama resmi. Komunitas tersebut juga ingin pernikahan dengan ajaran Yahudi diakui secara resmi di Indonesia karena selama ini kaum Yahudi di Indonesia “meminjam” prosesi agama yang mereka peluk agar pernikahan mereka diakui oleh Pemerintah.

Karena itu, komunitas Yahudi di Indonesia sedang berupaya agar Yahudi diakui sebagai agama resmi di Indonesia. Selain itu, mereka juga meminta agama Yahudi menjadi salah satu pilihan kolom agama di KTP.

Di Indonesia saat ini telah dibentuk “The United Indonesian Jewish Community” (UIJC) oleh komunitas Keturunan Yahudi Indonesia. Organisasi ini sudah dibentuk sejak Tahun 2009, tapi baru diresmikan pada bulan Oktober tahun 2010. UIJC ini dipimpin oleh keluarga Benjamin Meijer Verbrugge.

Menurut sumber dari UIJC saat ini keturunan Yahudi di Indonesia yang sudah diketahui hampir mendekati 2.000-an orang. Yang sudah terdeteksi 500-an. tersebar hampir merata di seluruh Indonesia, bahkan ada di Aceh, Sumatra Utara & Sumatra Barat. Di Sulawesi Utara ada potensi sampai 800-an orang, di Jakarta diperkirakan lebih dari 200-an orang dan di Surabaya terdapat keturunan Yahudi yang juga cukup banyak jumlahnya. Selain itu anggota UIJC juga ada yang berasal dari daerah lain, di antaranya Lampung,Tangerang, Bekasi, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Cilacap, Yogyakarta, dan Bali. Umumnya mereka adalah keturunan campuran antara Indonesia dengan Yahudi Belanda, Jerman, Belgia, Irak, dan Portugis. Meski demikian, bukan berarti anggota UIJC harus beragama Yahudi,karena organisasi ini hanyalah sebagai paguyuban warga keturunan Yahudi di Indonesia.

Begitu juga ada yang ‘terindikasi’ Keturunan Yahudi yang berasal dari Spanyol, Portugis dan Belanda di Nusa Tenggara Timur/NTT (Flobamora), Maluku & Papua yang juga cukup banyak jumlah-nya. Dan saat ini yang menjadi anggota UIJC yang sudah terdata sekitar 100 orang dewasa, tapi sekarang mulai bertambah jumlahnya mencapai 280 orang di seluruh Indonesia.

Rumah peribadatan

Sinagoga_Manado

Sinagoga Yaakov Ohel di Manado

Ada dua sinagoga (rumah peribadatan kaum Yahudi) terkenal di tanah air, yaitu sinagoga yang terletak di Surabaya dan di Manado.

Sinagoga_Surabaya.jpg

Sinagoga di Surabaya

Fungsi Sinagoga

Pendidikan

Ada ahli yang berpendapat bahwa pendidikan keagamaan berupa pembacaan dan penafsiran Taurat merupakan fungsi utama dari sinagoga. Diketahui bahwa di sinagoga, Taurat tidak hanya dibicarakan dan dibahas pada waktu kebaktian, tetapi juga di dalam kurikulum pendidikan sehari-hari. Selain itu, pelajaran mengenai hal-hal umum juga diberikan di sinagoga.

Sinagoga juga menjadi tempat bagi calon-calon anggota baru agama Yahudi yang berasal dari non-Yahudi. Di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru orang-orang seperti itu disebut dengan istilah “orang-orang yang takut akan Allah”. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa sinagoga juga menjadi tempat pendidikan bagi calon-calon agama Yahudi, namun tentu saja ini tergantung situasi dan peraturan masing-masing sinagoga.

Peribadahan

Ada pula ahli-ahli lain yang berpendapat bahwa fungsi utama sinagoge adalah dalam hal peribadahan. Ibadah-ibadah dilangsungkan di situ pada hari Sabat dan hari-hari besar lainnya. Pusat ibadah adalah pembacaan Taurat, dan seluruh desain dan suasana ruangannya diarahkan kepada pembacaan tersebut. Selain itu, sinagoge juga berfungsi sebagai tempat doa pada jam-jam doa Yahudi, dan dengan berkiblat ke arah Yerusalem.

Pertemuan-Pertemuan

Selain fungsi pendidikan dan peribadahan, sinagoga juga berfungsi sebagai tempat pertemuan-pertemuan masyarakat untuk membicarakan masalah-masalah sosial, politik, maupun keagamaan. Karena itu, sinagoge juga dapat menjadi tempat pengadilan.

Indonesia masih anti Yahudi, benarkah?

neturei_karta2.jpg

Sekelompok orang Yahudi yang menamakan kelompok mereka Naturei Karta memprotes keras tindakan Zionisme di Palestina.

Isu-isu perang di Palestina telah semakin menyudutkan komunitas bangsa Yahudi dimana-mana. Anggapan bahwa Yahudi adalah Zionis yang didapat dari generalisir sebagian masyarakat Indonesia juga tidak bisa langsung diiyakan begitu saja. Pada dasarnya keduanya berbeda meskipun dengan pelakon yang sama.

Yahudi sendiri adalah sebuah agama/kepercayaan yang adat istiadatnya tidak bisa dilepaskan dari nenek moyang terdahulu, tak ada yang berbeda dari adat agama dan kepercayaan lain di Indonesia yang memiliki tradisi masing-masing sebenarnya. Karena eksistensi mereka hanya sebatas dilakukan untuk kepentingan dalam agamanya. Sementara Zionis adalah gerakan nasional orang Yahudi dan budaya Yahudi yang mendukung terciptanya sebuah tanah air Yahudi di wilayah yang didefinisikan sebagai Tanah Israel.

Jadi jelas ya bedanya? Bahwa menjadi Yahudi bukan berarti adalah Zionis namun Zionis masihlah penganut Yahudi. Makanya, ketika anda mendapatkan sejumlah isu-isu negatif tentang Yahudi harus dipilah dengan baik, apakah itu fakta ataukah hanya blunder belaka. Karena pada dasarnya sejarah mencatat, Yahudi sendiri pernah menjadi sebuah agama resmi di Indonesia di zaman awal-awal kemerdekaan.

Yahudi dengan Islam dan Kristen itu seperti saudara kembar tiga sebenarnya. Sama-sama berasal dan berakar dari ajaran “bapak” yang sama. Dan masih memiliki tradisi yang hampir mirip pula karena berasal dari ajaran Abrahamic yang sama.

Jangan sampai ketika isu Zionis mendarat di kuping atau penglihatan anda, lantas anda buru-buru menjadi berang dengan seluruh penganut Yudaisme di seluruh dunia ya? Saya sempat blog walking dan mendapati masih banyak blog-blog yang menggambarkan bahwa Yahudi itu sama jahatnya dengan Zionis, padahal keduanya pun berbeda dalam sudut pandang secara kemanusiaan. Stigma buruk yang sering mendarat semacam sebutan “Yahudi kamu!” kepada orang yang tidak sepaham ajaran agamanya dengan kita juga sangatlah buruk. Karena arti kata Yahudi sendiri tidaklah bermakna negatif sama sekali.

Penulis pribadi mendukung Yahudi menjadi salah satu agama resmi di Indonesia dengan asumsi jika suatu hari terkabul tetap menjaga keteraturan yang sudah terbentuk sejak lama antar agama resmi di Indonesia, mematuhi dan tunduk pada perintah negara Indonesia, dapat hidup berdampingan dengan agama serta kelompok lainnya dengan tertib dan rukun. Juga dapat menjadi contoh yang baik bahwa model Yahudi Zionisme bukanlah cerminan dari ajaran Yahudi sendiri bagi seluruh dunia, karena pada dasarnya jika suatu hari Yahudi menjadi agama resmi di Indonesia penting bagi Yahudi untuk dapat mencerminkan tenggang rasa antar umat beragama seperti yang selama ini menjadi ciri khas para pemeluk agama di Indonesia.

🙂